contoh

contoh

Kamis, 29 Januari 2015

Akuntansi Biaya

Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak external (pemegang saham atau kreditor) atau pihak intern perusahaan. Informasi biaya untuk pihak external, biasanya dilaporkan dalam bentuk Laporan Laba/Rugi dan Neraca, yang dalam pelaporannya mengacu pada SAK, sedangkan informasi biaya utuk pihak internal dilaporkan sesuai dengan kebutuhan manajemen.Informasi biaya ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan.
Tujuan akuntansi biaya, adalah:
1.      Perencanaan dan pengendalian biaya.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan, pihak manajemen membuat estimasi  pendapatan dan biaya. Dasar yang digunakan dalam estimasi biaya adalah data historis, akan tetapi pihak manajemen juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang diprediksi akan mempengaruhi biaya. Tahap selanjutnya, pihak manajemen akan memonitor apakah biaya sesungguhnya yang terjadi sesuai dengan perencanaan biaya. Jika terjadi penyimpangan (ada selisih antara biaya sesungguhnya dengan perencanaan biaya), maka pihak manajemen akan menganalisis penyebab terjadinya selisih, serta mempertimbangkan tindakan koreksi yang memang perlu dilakukan.  
2.      Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya historis. Umumnya akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan top manajemen dan pihak external. Oleh karena itu, akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini taat pada SAK.
3.      Pengambilan keputusan manajemen.
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus bertugas untuk menyediakan biaya masa yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu peramalan. Karena keputusan khusus adalah merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen

sumber: http://accountingiismylife.blogspot.com/


Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada empat unsur pokok dari definisi biaya tersebut diatas, yaitu :
1.      Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi;
2.      Diukur dalam satuan uang;
3.      Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi;
4.      Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, atau dalam akuntansi biaya lebih dikenal dengan konsep “different costs for different purposes”. Ada lima cara penggolongan biaya, yaitu, yaitu penggolongan biaya:

1.      Atas dasar obyek pengeluaran.

Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2.      Atas dasar fungsi pokok di dalam perusahaan.

Di dalam perusahaan manufaktur, ada empat fungsi pokok yang ada di perusahaan, yaitu:
a.       Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual.
Atas dasar fungsi produksi, maka biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi:
-          Biaya bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu.
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.
-          Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau didiikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
-          Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam:
·         Biaya bahan penolong.
·         Biaya tenaga kerja tidak langsung
·         Biaya penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
·         Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
·         Biaya listrik dan air pabrik
·         Biaya asuransi pabrik
·         Biaya overhead lain-lain.
b.      Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara yang memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan. Atas dasar fungsi pemasaran, maka biaya dapat digolongkan dalam biaya pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Contoh biaya pemasaran, antara lain:
·         Biaya iklan
·         Biaya promosi
·         Biaya angkut penjualan
·         Biaya gaji bagian pemasaran
c.       Fungsi administrasi dan umum, adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan efisien dan efektif. Atas dasar fungsi administrasi dan umum, maka biaya dapat digolongkan dalam biaya administrasi dan umum.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Cotoh dari biaya administrasi umum adalah:
·         Biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia.
·         Biaya pemeriksaan akuntan
d.      Fungsi keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan. Biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan fungsi keuangan dinamakam biaya keuangan. Misalnya: biaya bunga.

3.      Atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, atau bagian-bagian dalam organisasi
Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya, biaya dibagi menjadi:
a.       Biaya langsung (direct cost)
Biaya angsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu.
b.      Biaya tidak lagsung (indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Biaya langsung kepada produk
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung kepada produk karena terjadinya dapat dididentifikasikan pada produk.
b.      Biaya tak langsung kepada produk
Biaya overhead pabrik merupakan biaya tak langsung kepada produk karena terjadinya tidak dapat didiidentifikasikan pada produk
Dalam hubungannya dengan departemen yang ada di dalam pabrik, biaya dikelompokkan menjadi biaya langsung departemen dan biaya tak langsung departemen.Tujuan dari departementalisasi adalah untuk ketelitian pembebanan harga pokokdan untuk pengendalian biaya.
Departemen dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Departemen produksi
Departemen produksi adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana dilakukan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
b.      Departemen jasa .
Departemen jasa adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana pada departemen tersebut menghasilkan jasa yang akan dinikmati oleh departemen lain, baik departemen produksi maupun departemen jasa lainnya.

4.      Atas dasar perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas utama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya, serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Biaya tetap
Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
-          Biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.
b.      Biaya variabel
Biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan.
-          Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
c.       Biaya semivariabel
Biaya semivariabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.
-          Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding.

5.      Atas dasar jangka waktu manfaatnya.

Atas dasar jangkawaktu pemanfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadnya pengeluaran ini dik
apitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmatinya.
b.      Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di mana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran, langsung diperlakukan ke dalam biaya.

sumber: http: accountingiismylife.blogspot.com


Rabu, 28 Januari 2015

kata-kata bijak OM Bob Sadino

                Om Bob Sadino adalah orang yang patut kita teladani. kegigihannya dalam melawan kerasnya dunia dapat kita praktikan dalam kehiupan sehari-hari terlebih lagi bagi para pemula dibidang wirausaha. berikut ini kumpulan kata-kata bijak yang dapat kita buat memotivasi diri kita :
Melupakan Tuhan – Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan “TUHAN”. Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.
Terlalu Banyak Ide – Orang “pintar” biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang “bodoh” mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya.
Miskin keberanian untuk memulai – Orang “bodoh” biasanya lebih berani dibanding orang “pintar”, kenapa ? Karena orang “bodoh” sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang “pintar” telalu banyak pertimbangan.
Telalu Pandai Menganalisis – Sebagian besar orang “pintar” sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang “bodoh” tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.
Ingin Cepat Sukses – Orang “Pintar” merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang “bodoh” merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.
Tidak Berani Mimpi Besar – Orang “Pintar” berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa dicapai. Orang “bodoh” tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.
Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi – Orang “Pintar” menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang “Bodoh” berpikir, dia pun bisa berbisnis.
Berpikir Negatif Sebelum Memulai – Orang “Pintar” yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang “bodoh” tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.
Maunya Dikerjakan Sendiri – Orang “Pintar” berpikir “aku pasti bisa mengerjakan semuanya”, sedangkan orang “bodoh” menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.
Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan – Orang “Pintar” menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang “bodoh” berpikir simple, “yang penting produknya terjual”.
Tidak Fokus – Orang “Pintar” sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang “bodoh” tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.
Tidak Peduli Konsumen – Orang “Pintar” sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah OKE berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang “bodoh” ? Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.
Abaikan Kualitas – Orang “bodoh” kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas itu keliru. Sedangkan orang “pintar” sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu, makanya tidak menerima kritik tentang kualitasnya.
Tidak Tuntas – Orang “Pintar” dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang “bodoh” mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.
Tidak Tahu Pioritas – Orang “Pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang “Bodoh”? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas.
Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak orang “Bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Di lain sisi kebanyakan orang “Pintar” malas untuk berkerja keras dan sok cerdas
Mencampuradukan Keuangan – Seorang “pintar” sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.
Mudah Menyerah – Orang “Pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang “Bodoh” seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.
Melupakan Keluarga – Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga.
Berperilaku Buruk – Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diatas kakinya sendiri.
Ilmu Tidak Terbatas – Ilmu memang berserakan dimana-mana diseluruh muka bumi ini, jauh lebih banyak dibanding yang ada dalam gedung sekolah atau kampus. Bahkan seekor ayam pun bisa memberikan ilmu [dan inspirasi] yang sangat berharga
Memperkerjakan Bukan Melamar Pekerjaan – Orang bodoh sulit mendapat pekerjaan sehingga dia terpaksa buka usaha sendiri. Dalam perjalanan bisnisnya agar semakin sukses dia harus merekrut orang pintar. Alhasil orang bodoh tadi jadi bosnya orang-orang pintar.
Secepatnya beraksi, tanpa perlu sertifikasi – Orang pintar belajar keras untuk mendapatkan ijazah dan secepat mungkin melamar pekerjaan. Orang bodoh berjuang keras secepatnya mendapatkan uang, agar bisa membayar pelamar kerja.
Jangan Pikirkan, Tapi Lakukan – Anda berpikir seribu mil, wah pasti terasa jauh. Sedangkan saya tidak pernah berpikir karena hanya melakukan selangkah saja. Ngapain pakai mikir kan hanya selangkah.

sumber: Untold Story: Oom Bob Sadino: Totalitas Motivator Bisnis

Macam – Macam Resiko dalam Berwirausaha


1.  Menurut sifatnya dibedakan dalam :
a)      Resiko murni, yaitu resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja. Misal:  kebakaran, kebanjiran, bencana alam, pencurian dsb.
b)      Resiko speculatif, yaitu resiko yng sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar memberikan keuntungan bagi pihak tertantu. Contoh:  utang-piutang, perdagangan berjangka, pembelian saham dsb.
c)       Resiko fundamental, yaitu resiko yang penyebabnya tidak bisa dilimpahkan kepada seseorang  dan menderita cukup banyak. Misal: banjir, gempa bumi, gunung meletus dsb.
d)      Resko Khusus, yaitu resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, misal : kapal kandas, pesawat jatuh, dsb.
e)      Resiko dinamis, yaitu resiko yang timbul karen perkembangan dan kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan,,teknologi, contoh: resiko penerbangan luar angkasa, nuklir dsb.
2. Menurut dapat tidaknya resiko dialihkan kepada pihak lain(diasuransikan) :
a.       Resiko yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena resiko pada perusahaan  asuransi.
b.      Resiko yang tidak dapat dialihkan pada pihak lain, misal barang-barang purbakala, barang bersejarah.
3.  Menurut sumber/penyebab timbulnya :
a.      Resiko intern, yaitu resiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Resiko usaha internal diantaranya adalah :
1)      Kehilangan modal apabila piutang tidak terbayarkan oleh konsumen
2)      Kehilangan dan kerusakan perangkat keras-lunak (hard-software) apabila memiliki karyawan yang tidak terampil dan kompeten
3)      Kehilangan karyawan / personil yang handal apabila tidak dapat menangani dengan baik dalam bidang upah, kesempatan berkarier, fasilitas kerja, wewenang, tanggung jawab, kebijakan, kesalahpahaman manajeman internal
4)      Kehilangan kepercayaan konsumen karena tidak mampu memberikan barang atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Kepercayaan konsumen hilang akibat kesalahan membuat produk pesanan, kesalahan jadwal pengiriman, kesalahan jumlah penagihan, dan kesalahan pelayanan purna jual. Akibat ditinggalkan oleh konsumen adalah kesulitan mencari konsumen baru yang baik dan memiliki loyalitas terhadap produk, merek, dan kualitas.
5)      Kehilangan kepercayaan supliyer yaitu resiko usaha yang berakibat ditinggalkan oleh pihak luar perusahaan yang menjadi pemasok kebutuhan perusahaan. Kebutuhan itu diantaranya persediaan bahan baku, alat kantor, tenaga kerja, dan lain-lain. Resiko ini bisa terjadi karena keterlambatan melakukan pembayaran ke pihak supliyer dan melanggar ketentuan perjanjian kerjasama. Akibat ditinggalkan oleh supliyer adalah kesulitan mencari pemasok yang baik, cepat, jujur, dan sesuai dengan kualitas perusahaan.
6)      Resiko Penghentian Ijin Usaha yaitu resiko usaha yang diberikan oleh pemerintah dengan melakukan pencabutan ijin usaha. Pencabutan ijin usaha ini dikarenakan melanggar ketentuan ijin bisnis yang ada di pemerintah, melakukan penipuan dengan memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan supaya tidak membayar pajak ke pemerintah, merusak lingkungan hidup, menggangu keamanan dan kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
7)      Resiko tidak diterima oleh masyarakat sekitar yaitu resiko usaha yang terjadi akibat dari ketidakterimaan masyarakat dengan adanya usaha yang dijalankan. Resiko usaha ini bisa terjadi karena merusak tatanan masyarakat, menggangu ketenangan dan keamanan masyarakat, tidak memberikan dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar, dan lain-lain.
b.  Resiko ekstern, yaitu resiko yang berasal dari luar perusahaan itu. Resiko usaha eksternal diantaranya adalah :
1)      Resiko Pelestarian Lingkungan Hidup yaitu resiko usaha yang akan dihadapi oleh wirausawan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup supaya terjaga lingkungan alam, ekosistem dan habitatnya. Resiko ini timbul karena bahan baku dari usaha tersebut berhubungan dengan kelestarian lingkungan hidup. Contoh usaha yang memiliki resiko usaha yang berhubungan dengan lingkungan hidup adalah: industri kertas, industri furniture, pertambangan, sumber energi, dan lain-lain.
2)      Resiko Sosial dan Budaya Masyarakat yaitu resiko yang terjadi atas berdirinya sebuah usaha dan berdampak pada lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Wujud dari resiko ini adalah perubahan struktur sosial masyarakat (semula satu suku menjadi beberapa suku), perubahan budaya masyarakat (semula tidak ada pementasan barongsai menjadi ada kegiatan pentas barongsai), perubahan cara kerja masyarakat (semula waktu kerja hanya pagi-sore berubah menjadi pagi-malam), perubahan gaya hidup masyarakat (gaya hidup konsumtif yang meningkat).
3)      Resiko Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu resiko usaha yang timbul sebagai bentuk kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Bentuk kepedulian ini seperti pemberian beasiswa, bantuan pembangunan sarana dan prasarana umum (tempat ibadah, pembangkit listrik, pengelolaan sumber air, jalan raya, irigasi), bantuan dana sosial untuk kegiatan keagamaan, kegiatan budaya lokal maupun hari nasional,
4)      Resiko Pengelolaan Limbah yaitu resiko bisnis yang timbul sebagai akibat dari limbah industri yang keluarkan dalam rangka memproduksi sebuah barang atau jasa. Limbah dari produksi dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan akibat pencemaran lingkungan seperti air, udara dan tanah. Supaya tidak menimbulkan pencemaran maka setiap perusahaan diwajibkan oleh pemerintah dan pencinta lingkungan untuk mengolah limbah industrinya dengan baik sebelum dibuang ke luar pabrik.
5)      Resiko Perekonomian Masyarakat dan Negara adalah resiko bisnis yang terjadi karena sebuah kesalahan manajemen di internal perusahaan dan menimbulkan dampak perubahan perekonomian masyarakat dan negara. Akibat dari resiko ini adalah memburuknya kondisi perekonomian akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Kondisi ekonomi makro yang buruk akan berpengaruh terhadap volume kegiatan usaha.
6)      Resiko Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah yaitu resiko usaha yang timbul dan berakibat kepada perubahan dan kebijakan pemerintah. Resiko ini terjadi karena kesalahan perusahaan dalam melakukan operasinya yang mengakibatkan suhu politik (baik lokal, nasional maupun internasional) dapat berakibat kurang baik. Kesalahan perusahaan dalam operasional yang berakibat pada sebuah bencana bagi masyarakat dan menuntut lahirnya sebuah peraturan dan kebijakan pemerintah yang baru.
4. Upaya penanggulangan/meminimumkan resiko berdasar pada sifat dan obyek yang           terkena  resiko
a. Dengan mengadakan pencegahan dan pengurangan kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian.
b.Melakukan retensi, yakni mentolerir terjadinya kerugian.
c. Melakukan pengendalian terhadap resiko.
d.Mengalihkan resiko kepada pihak lain (untuk harta kekayaan kepada asuransi  KERUGIAN dan untuk kryawannya kepada  asuransi JAMSOSTEK).
5. Macam-macam resiko dalam berusaha dan upaya/cara menanggulangi/memperkecil  resiko yang bersangkutan
a.Resiko Teknis.
Resiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer/wirausaha dalam mengambil keputusan.
Resiko yang sering terjadi adalah :
1.       Biaya produksi yang tinggi (inefisien),
2.       Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang, misal terlalu banyak tenaga kerja.
3.       Sering terjadi pencurian, akibat pengawasan/penjagaan yang kurang baik.
4.       Sering terjadi kebakaran, target produksi tak tercapai, penempatan tenaga tidak tepat/tidak sesuai, perencanaan dan desain produk salah dsb.
Ø  Upaya mengatasi/menanggulangi resiko teknis:
1.       Menajer/wirausaha harus menambah pengetahuan tentang:
a.       Ketrampilan teknis  /technological skill, terutama yang berkaitan dengan proses produksi. Diupayakan dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya produksi, misal dengan teknologi  tepat guna /modern.
b.      Ketrampilan mengorganisasi /organization skill , yaitu kemampuan meramu  yang tepat dari faktor-faktor produksi dalam melakukan usahanya
c.       Ketrampilan memimpin/managerial skill, yaitu kemampuan untuk mencapai tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik dan serasi oleh semua orang yang ada pada organisasi tsb. Untuk ini setiap pimpinan dituntut membuat konsep kerja yang baik/conceptional skill.
2.       Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang meliputi strategi produksi, strategi keuangan, strategi sumber daya(SDA dan SDM), strategi operasional, strategi pemasaran, dan strategi penelitia dan pengembangan.  Tujuan strategi ini ada tiga yaitu ; tetap memperoleh keuntungan, hari depan tetap lebih baik dari sekarang (usaha berkembang) dan tetap bertahan (survive).  Upaya yang dilakukan adalah keandalan menganalisis dan memprognosa keadaan didalam dan diluar lingkup organisasi.
3.       Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan konsekuensi setiap saat harus membayar premi asuransi yang akan menjadi pengeluaran biaya.
b. Resiko Pasar                                                                                    
Resiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau tidak laku dipasar.  Produk telah menjadi kuno (absolensense) yang diperoleh  terus menurun dan terjadi kerugian. Akibatnya penerimaan/revenue yang diperoleh terus menurun dan terjadi kerugianterus.  Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat usahanya sampai diterminal alias gulung tikar.

Upaya yang dapat ditempuh pengusaha adalah sbb :
1.       Mengadakan inovasi produk/product inovation, yaitu membuat desain baru dari produk yang disenangi calon pembeli. Dalam usaha pertanian, misal budidaya kelinci, lele dumbo,asparagus dsb. Relatif sulit untuk inovasi, tetapi hal ini akan dipermudah bila ada upaya kearah agro industri.
2.       Mengadakan penelitian pasar/market research untuk memperoleh informasi pasar secara berkisinambungan. Cara ini memerlukan dana yang cukup besar dan hanya layak untuk perusahaan besar, misal pabrik mobil, tekstil, perabot rumah tangga, dan hiburan. Sedang dalam bidang pertanian hal ini cukup berat dilakukan.
c. Resiko Kredit
Adalah resiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak mampu membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati.  Sering terjadi produsen menaruh produknya lebih dulu dan dibayar kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha tetapi usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet
Upaya untuk mengatasi hal tersebut (resiko kredit) diantarnya sebagai berikut :
1. Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat sbb:                
a.       Dapat dipercaya,(character), yaitu watak dan reputasi yang telah diketahui
b.      Kemampuan untuk membayar (capcity), hal ini dapat dilihat dari kemampuan/hasil yang diperoleh dari usahanya (laba usaha).
c.       Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha (capital) sehingga merupakan net personal assets.
d.      Keadaan usahanya selama ini (conditions) adalah menunjukan trend naik mendatar atau menurun.
2.       Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil mengevaluasi kredibilitas debitor.
3.       Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang bersangkutan memiliki perusahaan. Dan yang perlu diperhatikan adalah lembaran neraca, laporan laba-rugi tahunan dan aliran Dana setiap tahunnya.
d. Resiko Alam.
Resiko ini terjadi diluar pengetahuan dan kemampuan manusia, misalnya gempa bumi,banjir,anginputing beliung, kemarau panjang dsb. Karena peristiwa ini kemungkinan sangat kecil resikonya dapat dianggap tidak ada, tetapi bila takut menghadapi resiko tersebut,ada perusahaan asuransi yang berani menanggung resiko tersebut.

KESIMPULAN
Setiap usaha yang akan dibuat pasti akan ada resiko usaha yang dihadapi, semua itu akan terkendali jika seorang wirausahawan dapat memahami bagaimana caranya menanggulangi resiko tersebut. Langakah dasar untuk mengelola resiko usaha adalah :
·         Identifikasi (buat daftar) setiap risiko yang bisa terjadi.
·         Lakukan analisis dan rangking atau urutkan sesuai dengan besarnya dampak kerugian yang akan ditimbulkannya.
·         Tentukan uapaya-upaya untuk mengatasinya sesuai dengan urutan yang ada.
·         Lakukan upaya tersebut sesuai pilihan scenario yang telah dibuat.
·         Lakukan evaluasi.

sumber: http: yusniar97.blogspot.com